BUDIDAYA SEMANGKA
(Citrullus Vulgaris)
Oleh :
Hendri Suprapto, SP
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala kemudahan dan kelancaran dalam
segala hal, terutama dalam penulisan Brosur “BUDIDAYA SEMANGKA (Citrullus
Vulgaris)“ ini. Sehingga penulis dapat
menyelesaikannya....Amin.
Semoga tulisan ini ada manfaat dan kegunaanya bagi
para pembaca yang budiman. Dengan penuh rasa rendahati, penulis mohon maaf
atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penulisan maupun
penyusunan Brosur ini.
Akhirul kata, tiada kesempurnaan bagi seseorang
melainkan milik Allahlah kesempurnaan itu.
Terima Kasih
Kandis, 2015.
Penulis.
|
i
|
DAFTAR
ISI
Halaman
|
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
Semangka merupakan tanaman buah herba yang tumbuh
merambat, dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah
kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke
berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia.
Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh
manusia/binatang yang ada dibenua tersebut, karena banyak mengandung air,
sehingga penyebarannya menjadi cepat.
Terdapat puluhan varietas atau jenis semangka yang
dibudidayakan, tetapi hanya beberapa jenis yang diminati para
petani/konsumen. Di Indonesia varietas yang cocok dibudidayakan dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangka hitam dari Pasuruan,
Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) dan Semangka Hibrida
Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya:
benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan
sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka
muda untuk bahan sayur-mayur. Semangka yang dibudidayakan untuk
dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma dan rasa tawar, bijinya diolah
menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai masyarakat
sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti
buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.
|
1
|
BAB II
SENTRA PENANAMAN
Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara
seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara sekitarnya. Sentra penanaman
di Indonesia terdapat di Jawa Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang
dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa
Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung, dengan rata-rata produksi 30
ton/ha/tahun.
2.1. Syarat Tumbuh
2.1.1. Iklim
a)
Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal
penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan.
b)
Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar
matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari
menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen.
c)
Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang
serta berbuah dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
d)
Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman
semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm.
e)
Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar
matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap
air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di
daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang
berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong
tumbuhnya jamur perusak tanaman.
|
2
|
2.2. Media Tanam
a)
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka
adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan
tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
b)
Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7.
Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis
disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut.
c)
Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah
tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah
yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman
semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di
daerah dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di
atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl.
|
3
|
BAB III
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Ø Perenggangan bibit
biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah dalam proses
pertumbuhannya;
Ø Perendaman biji
dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter air hangat
suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael, Abitonik); 1
sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T, Dacosnil 75
WP, Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP). Setelah
direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir
lagi dan bibit siap dikecambahkan.
|
4
|
d.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian :
Kantong-kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari
penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan
serupa rumah kaca mini dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan
pinggiran yang terbuka. Pemupukan dilakukan lewat daun untuk memacu
perkembangan bibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari
sekali. Pada usia 14 hari, benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah
matang dan siap ditanami benih tersebut.
3.2. Pengolahan Media Tanam
|
5
|
Ø Pupuk Makro yang
terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP
dan KCl);
|
6
|
Ø Pupuk Mikro
yangterdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe),
Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk
tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti Mikroflex, Microsil dll.
Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama penggerek batang.
3.3. Teknik Penanaman
a.
Penentuan Pola Tanaman : Tanaman semangka
merupakan tanaman semusim dengan pola tanam monokultur.
b.
Pembuatan Lubang Tanaman : Penanaman bibit
semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur 14 hari dan telah tumbuh
daun ± 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besar dilakukan pelubangan
pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm.
|
7
|
Persiapan
pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindah ke
darat. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang
sekitar 80-100 cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan tertutup dengan
plastik mulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg
yang diberi lubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang
diberi lobang.
Ø Kantong plastik
diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.
Ø Tanam dengan tanah
posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah disiapkan.
Ø Celah-celah lubang
ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
Ø Lubang tanaman yang
tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar media bibit
menyatu dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.
|
8
|
3.4. Pemeliharaan Tanaman
|
9
|
Ø Pupuk daun diberikan
pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;
Ø Pupuk buah
diberikan pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;
Ø ZA dan NPK
(perbandingan 1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300 ml, 25 hari
setelah tanam sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanam sebanyak 400 ml.
|
10
|
|
BAB IV
HAMA DAN PENYAKIT
4.1. Hama
Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2
kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida. Hama yang
tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya
berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah
berkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya
terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan
obat-obatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti:
tikus,binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga
pematang selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman,
pemasangan suatu alat yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin
dan diadakan pergiliran jaga.
4.1.1. Thrips
Ø Berukuran kecil
ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas.
Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak.
Ø Pengendalian:
menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
4.1.2. Ulat Perusak Daun
Ø Berwarna hijau
dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun
dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti
berlubang.
Ø Pengendalian:
dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
|
11
|
4.1.3. Tungau
Ø Binatang kecil
berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan
tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak
jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan
akan pucat.
Ø Pengendalian:
dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.
4.1.4. Ulat Tanah
Ø Berwarna hitam
berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan
bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat
dewasa memangsa pangkal tanaman.
Ø Pengendalian:
a)
penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan
untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat
disekitarnya;
b)
pengendalian secara kimiawi, dengan obat-obatan
sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
4.1.5. Kutu Putih Dan Lalat Buah
Ø Ciri-ciri mempunyai
sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai
belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah
(seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat
memar.
|
12
|
Ø Pengendalian :
dilakukan secara non kimiawi (membersihkan lingkungan terutama pada kulit
buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara kimiawi
: dengan obat-obatan.
4.2. Penyakit
4.2.1. Layu Fusarium
Ø Penyebab:
lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu
lembab).
Ø Gejala: timbul
kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun akan.
Ø Pengendalian:
a)
secara non kimiawi dengan pergiliran
masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang
belum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam obat;
b)
secara kimiawi dilakukan penyemprotan
bahan fungisida secara periodik.
4.2.2. Bercak Daun
Ø Penyebab: spora
bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang.
Ø Gejala: permukaan
daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya
mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna
abu-abu/ungu.
Ø Pengendalian:
secara non kimiawi
seperti pada penyakit layu fusarium; tanaman disemprot dengan fungisida
yang terdiri dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200
dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis 2-3 gram/liter dan
Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
|
13
|
BAB V
PANEN
5.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman.
Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai
mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi
cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji).
5.2. Cara Panen
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam
kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan
ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka
dilakukan beserta tangkainya.
5.3. Pasca Panen
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan,
harus diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga
akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya
derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan
penampakan daging buah, dengan kadar air yang sempurna.
5.4. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung
pada pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah
semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
a) Kelas A: berat =4 kg, kondisi fisik
sempurna, tidak terlalu masak.
b) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik
sempurna, tidak terlalu masak.
c) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik
sempurna, tidak terlalu masak.
|
14
|
15
|
DAFTAR PUSTAKA
WINARTI, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk dan OST
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris
Schrd)
WIHARDJO, Suwandi. (1993). Bertanam Semangka. Yogyakarta,
Kanisius, 107 halaman.
BUDI SAMADI (1996). Semangka Tanpa Biji.
Yogyakarta, Kanisius. 76 halaman.
Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam
dan Dosis Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produjsi Semangka. Media Unika.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar